Saturday 1 October 2011

Kala Malam

Gadis membuka mata, terbangun dari lelap tidurnya. Kamarnya masih
gelap, hanya secercah dua cercah cahaya dari bulan yang bersinar yang
berhasil tembus melalui tirai tertutupnya. Ia membiarkan matanya
menyesuaikan diri dengan kegelapan itu, kemudian ia menarik napas
panjang.

"Dia lagi," bisiknya pelan. Ia tertegun memandang langit-langit
kamarnya, berusaha mengingat mimpinya barusan sebelum hilang dari
ingatannya. Memang ingatannya akan mimpi itu mulai memudar, tapi ia
jelas ingat siapa yang ada dalam mimpi itu. Sesosok lelaki yang belum
lama dikenalnya. Setelah kenal pun, tidak menjadi begitu akrab. Namun
anehnya, sejak awal bertemu ia merasakan sesuatu terhadapnya. Seperti
setrum listrik sesaat, meskipun setelahnya tidak terlalu
dipikirkannya. Dan sejak hari itu, lelaki itulah yang hadir dalam
mimpinya tiap malam.

Gelisah dan gundah. Itu yang dirasakannya. Terganggu bahkan, pikirnya.
Bagaimana tidak? Ia sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan skripsinya.
Orangtuanya sangat berharap ia bisa segera lulus. Ia pun sibuk dengan
kuliah demi mengejar nilai yang baik. Belum lagi ia baru saja putus
cinta, dan menjalin hubungan semacam itu lagi menjadi bukan prioritas
baginya.

"Tapi ini! Lelaki ini! Siapa dia?? Mengapa ia selalu memenuhi
pikiranku, padahal aku tidak mengenalnya? Aku bahkan tak tahu kalau
aku suka atau tertarik padanya!" jerit Gadis dalam hati. Ia tahu, hati
kecilnya sebenarnya masih takut dan trauma akan kandasnya hubungannya
yang terakhir, dan ia hanya ingon agar hatinya istirahat sejenak untuk
pulih dari rasa sakit itu. "Tapi ini malah seperti disuruh naik
rollercoaster," gumamnya, membayangkan dirinya yang selalu salah
tingkah saat berada dekat lelaki itu, dan tiba-tiba seperti ABG yang
tergirang-girang bila memikirkannya.

"Tuhan.. Harus bagaimana lagi? Hamba hanya ingin ketenangan.." Gadis
menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Baginya, hanya ada satu
cara menghilangkan gundah gulana hatinya malam itu. Ia menyibak
selimutnya dan bangun dari kasurnya kemudian berjalan menuju kamar
mandi. Badannya ia basuh dengan air wudhu, dan ia kembali ke kamar,
bersiap-siap untuk mengadu pada Pencipta-nya.

Rakaat demi rakaat shalat malam dijalaninya. Istikharah, shalat
memohon petunjuk kepada Sang Maha Mengetahui, Sang Maha Pembolak-balik
Hati. Dengan gambaran sosok lelaki dalam pikirannya, ia mulai
melafalkan seuntai doa seusai shalatnya, "Ya Allah, jika ia adalah
untukku, maka dekatkanlah. Jika ia bukan untukku, jauhkanlah,
ikhlaskanlah, dan berikanlah aku yang terbaik..."

Dan ritual itu yang dijalaninya setiap malam, tanpa terlewati. Kadang
ia sampai berlinang airmata mengerjakannya, kadang sampai sesak,
kadang bahkan ia seperti setengah sadar karena kantuk.

Namun malam ini Gadis bangun dalam keadaan segar. Diambilnya air wudhu
dan mulailah ia shalat. Setelahnya, tidak lupa doa itu ia ucapkan
setulus hati. Khusus malam ini, ia kembali berdiri dan menegakkan
shalat, kali ini shalat Hajat, untuk memohon kelancaran dan keridhoan
Allah dalam suatu hajat yang akan dijalani.

Gadis tidak kembali tidur setelah shalatnya malam itu. Ya, ia berhajat
hari itu. Dan pagi-pagi sekali ia harus mulai bersiap-siap.

Beberapa jam kemudian, Gadis mendapati dirinya duduk bersimpuh didalam
mesjid. Ayahnya juga bersimpuh dihadapannya, persis menghadap sosok
lelaki yang duduk di samping Gadis. Lelaki itu, yang menghiasi
mimpinya sejak pertama bertemu dengannya, dengan mantap mengucapkan
kata-kata yang mengubah hidup mereka berdua: "Saya terima nikahnya
Gadis binti Ayahanda dengan maskawin tersebut tunai!"

Kelegaan seketika merayap ke seluruh tubuh Gadis. Lelaki yang masuk
dalam mimpinya sekian lama, ternyata masuk dalam hidupnya setelahnya,
menemaninya dalam tiap langkahnya, dan mulai saat ini akan terus
menjadi pendampingnya hingga akhir hayatnya. Tiada yang bisa
menggambarkan kebahagiaannya saat itu, tetapi yang lebih ia rasakan
adalah rasa syukur. Teringat setiap kala ia terbangun tiap malam dan
mengadu, memohon dan merintih kepada Rabb-Nya, meminta petunjuk demi
ketenangan hatinya. Dan hari ini, jawaban-Nya telah ia terima.

0 comments:

Post a Comment