Friday 21 October 2011

Papah

Orangtua kita, disamping memberi kita kehidupan, juga pasti memberi kita inspirasi dan jadi sosok yang paling kita kagumi. Begitupun dengan saya, seumur hidup saya sangat mengidolakan ibu saya.. tapi saya tidak akan menceritakan tentang dia, karena sudah sering saya -- dan banyak orang lainnya, karena dia tidak hanya menjadi 'ibu' bagi saya dan adik saya :) -- berkisah tentang kehebatannya.

Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang orangtua 'baru' saya, tepatnya ayah mertua saya. Beliau sekarang berusia 71 tahun, seorang pensiunan guru PNS. Saya kagum dengannya karena kesederhanaan dan kecintaannya kepada keluarga. Alhamdulillah sampai sekarang beliau sehat jasmani rohani dan tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang berarti. Kata suami saya memang beliau tipe yang tidak bisa berdiam diri di rumah, selalu berkarya mengerjakan sesuatu. Di usia senjanya kini juga beliau masih mengajar di salah satu SMA swasta, disamping aktif di kepengurusan masjid.

Ada beberapa kejadian yang berkesan yang membuat saya kagum dan terharu, dan bangga memiliki ayah mertua yang begitu sayang keluarganya. Salah satunya ketika saya dan suami menikah, seusai resepsi di Jakarta, suami pulang dengan saya ke rumah orangtua saya, sedangkan keluarga suami langsung kembali ke Tasikmalaya. Suami rupanya lupa mengambil kembali handphone yang dititipkan ke saudaranya, walhasil terbawa ke Tasik handphone-nya. Keesokan harinya, tanpa diminta, Papah langsung berangkat dari Tasik ke Karawang, ke rumah adik ipar saya, hanya untuk mengantarkan handphone suami saya. Beliau langsung kembali ke Tasik hari itu juga, karena ibu mertua di Tasik tidak ada yang menemani. Bayangkan beliau pasti masih capek dengan perjalanan Tasik - Jakarta - Tasik, dimana pas di Jakarta energinya juga pasti terkuras dengan acara pernikahan kami.. namun tetap berangkat esok harinya hanya demi mengantarkan handphone anaknya.

Beliau juga selalu setia menjemput dan mengantar kami ke terminal atau pool bis di Tasik, kalau kami lagi mudik kesana dari Jakarta. Padahal kami sering bilang naik taksi saja, tapi beliau bersikeras. Pernah kami terjebak macet pada saat perjalanan ke Tasik, yang membuat waktu tempuh perjalanan menjadi 2x lipat. Sementara itu Papah menunggu di pool bis. Papah tidak punya handphone, kami hanya mengabarkan melalui telepon rumah saat belum terjebak macet bahwa kami sedang dijalan. Jadi tanpa tahu bahwa kami akan datang telat, Papah menunggu di pool bis berjam-jam.. terbayang oleh saya setiap bis yang datang dari Jakarta dia menunggu dan menanti anaknya turun dari bis. Begitu kami datang pun, tidak pernah sekalipun dia komentar berapa lama dia menunggu, semua dilakukannya dengan ikhlas dan kasih sayang.

Saya bersyukur saya bisa diberi kesempatan oleh Allah SWT mendapatkan orangtua 'baru' yang begitu inspiratif.. semoga suami saya juga kelak bisa menjadi ayah yang baik seperti Papah kami. Dan kami juga selalu mendoakan Papah, semoga kami semua sekeluarga bisa merajut kasih sayang seperti saat ini di surgaNya nanti...amin!

0 comments:

Post a Comment