Sunday 6 October 2013

My Gentle Caesarean Birth part 1: The Tough Last Weeks

Jadi saya gagal VBAC. Yap, segala daya upaya yg sudah saya lakukan dari awal hamil untuk bisa melahirkan normal tidak bisa membuat saya akhirnya bisa menggunakan jalan lahir saya dibawah situ. Apakah saya kecewa? Tidak, justru yg ada bahagia. Karena saya berhasil ikhlas, sehingga percaya ini sudah takdir Allah, dan saya sudah minta Rai untuk tentukan cara yg terbaik pada saat dia melihat dunia. And he decided to come out through my belly instead of my birth canal.

Masuk minggu ke-37 saya sudah minta Rai untuk lahir. Karena faktor BB janin yg tidak boleh kegedean, pengennya lahir sebelum 40minggu pas sudah full term. Jadi lebih rajin lagi exercise-nya.. Jalan kaki, jongkok-berdiri, pelvic rocking alias goyang inul diatas birth ball maupun goyang bellydance dan nari betawi (kan bisa goyang pas nandak,,drpd diiringi lagu dangdut haha), senam hamil, yoga, etc... Tidak lupa kegiatan nonfisik seperti hypnobirthing, banyakin ngaji&shalat sunnah, sedekah.. minggu ke-37 terlewati dan belum ada tanda2 kontraksi. Di periksa kandungan usia 38+3 diukur tebal rahim atau istilahnya segmen bawah uterus (SBU) 8,6cm. Masih aman. BB janin,walaupun cenderung besar, masih bisa diupayakan normal. Pokoknya all good, tinggal nunggu mules.

Di 38 minggu malah sibuk ngurus Raka yg sakit. Ternyata sakitny bukan hanya ISPA tapi roseola. Karena pas banget demam 3 hari,setelahnya demam ilang dan muncul ruam2 di muka, leher dan perutnya. Alhamdulillah 'cuma' roseola yg harmless dan mudah dideteksi. Ga perlu ke dokter jadinya..dulu pas kejadian roseola pertama, ke dokter buat mastiin penyakitnya, kata Tante Dokter memang ga perlu berobat ke dokter klo roseola kan virus jd selflimiting disease. Selama Raka sakit, beberapa ikhtiar cari kontraksi libur dulu. Apalagi waktu itu juga uwa (kakak Mama) yg sakit dipanggil Allah, setelah saya sempet cerita disini pengen lahiran sebelum Mamih meninggal..ga kesampean ternyata :( Ga bisa ke Majalaya buat menghadiri pemakamannya mengingat waktu itu udah 39 minggu.

Pas periksa di 39 minggu, Budokter as usual nanya udah mules belum..dan memang mulesnya masih belum teratur. Oiya, saya sampe praktekin masukin kapsul evening primrose oil didalam missV krn katanya bantu melunakkan mulut rahim sehingga memicu kontraksi alami. Ditambah makan mangga, nanas, duren dan pepaya mengkal. Bener2 segala ikhtiar deh. Di ruang periksa, SBU masih aman, BB janin udah makin besar dan belum masuk panggul. Baca2 sih kehamilan kedua dan seterusnya, janin bisa telat masuk panggul bahkan bisa pada saat persalinan sudah mulai baru dia engaged. tapi Budokter bilang, kembali di usia kandungan 40 minggu dan saat itu akan diputuskan untuk SC ulang atau tunggu maksimal 3 hari.
Budokter yang awalnya selalu menyemangati saya dengan bilang "Pasti bisa! Pasti bisa!" disaat saya mulai panik karena belum kontraksi, saat itu bilang "Let it flow aja.. Jangan mikir targetnya lahir normal, tapi mikir ibu&bayi sehat!" Ya, mungkin dia pikir saya gak kontraksi karena terlalu stres kepikiran..konon katanya itu justru menghambat datangnya kontraksi alami.

Akhirnya pulang dari situ, saya ikuti saran Budokter. Saya pikir ikhtiar saya sudah maksimal, sekarang saatnya untuk ikhlas. Saya ucapkan setelah tiap shalat "Ya Allah saya ikhlas, lancarkanlah persalinan hamba.." Dan komunikasi ke janin "Sayang, Mama ikhlas.. Rai tentukan cara yg terbaik pd saat Rai melihat dunia." Kalimat kedua didapat dari CD hypnobirthing Bu Lanny Kuswandi yang saya praktekkan (hampir) tiap hari. Jadi setelah galau dari minggu 37 sampe sering nangis2, di minggu terakhir justru saya berusaha tenang. Saya percaya pada Rai, Allah yg akan menggerakkan dia untuk keluar dari perutku, bagaimanapun caranya.

0 comments:

Post a Comment