Tuesday 27 September 2011

Nganga

What's bothering my mind dari hasil check up ke dokter kemarin.. Well overall sih pulang dari situ saya seneng, senyum2, meskipun ga ketemu Babybee dan malah periksa dalam (which, surprisingly, is not as scary as I thought!). But before I tell the good news, cerita yang ga enak dikeluarin dulu yah, biar lega sininyaa hehe (baca: less galau)

Jadi kemarin kan lebih banyak cerita proses melahirkan, which, menurut Budokter, waktu saya tinggal sebentar lagi (heh, bocoran, itu untuk post berikutnya ya!). Seperti diketahui, persalinan itu prosesnya ada tiga (atau empat?), yaitu kala 1 (pembukaan 1-10), kala 2 (persalinan/kelahiran bayi), kala 3 (pengeluaran plasenta), dan ada beberapa yg menambahkan kala 4 (tahap pengawasan). Kebanyakan dari kita membayangkan persalinan pas di kala 1 yaitu sakit2nya kontraksi dan pas kala 2, yaitu pas bayi lahir.. setelah itu rasanya udah selesai ya. Padahal, kata Budokter, masa2 kritis dan rawan itu justru pas kala 3 dan sesudahnya.

Wichi: Dok, kalo jarak antara lahirnya bayi dan keluar plasenta itu berapa lama?
Budokter: Kira2 rata2 30 menit, kenapa?
WY: Nggak, pengen tau aja
BD: Melahirkan bayi itu gampang.. yang bahaya itu setelahnya. Maksudnya, bukan bahaya, tapi masa2 kritis (Yang harus diwaspadai) itu adalah setelah plasenta keluar. Bayangkan tadinya plasenta menempel ke rahim, lalu keluar, pembuluh darah di rahim menganga semua. Makanya rahim harus kontraksi agar pembuluh darahnya menutup.
WY: Emang ga bisa dok, dijepit gitu biar ditutup? (jadi si Oneng pikir kontraksi itu biar si mulut rahimnya nutup supaya ga bisa ada perdarahan)
BD: Itu pembuluh darah yang banyak pada terbuka akibat keluarnya plasenta, satu2nya cara ya dengan kontraksi, dia akan menutup kembali. Kalau masih ada perdarahan harus dilakukan tindakan, resiko terparahnya rahim harus diangkat. (!!!)
Jadi maksud Budokter yang harus "dijepit" itu bukan ibarat sumbat yang ada dibawah kita ya Bu-ibuu (ini mah pikiran si Eneng Oneng aja). Maksudnya si pembuluh darah yang sekian banyaknya yang tadinya terhubung dengan plasenta lalu terbuka karena si plasenta keluar dari rahim. Kalau dia tidak bisa menutup, terjadilah pendarahan. Pendarahan ini juga bisa dipicu dengan penyakit yang diderita ibu, misalnya anemia parah atau apa lagi ya lupaa (yg keinget cuma Insya Allah Alhamdulillah dari sekian yg disebut saya tidak menderita itu). Kata Budokter lagi, ada yg bilang kalo melahirkan bayi besar beresiko pendarahan, tapi tidak juga, karena kakaknya yang ke-3 (eh banyak aja kakaknya, Dok! --OOT) anak2nya kecil2 tapi mengalami pendarahan saat melahirkan. <-- sukanya dokter cewek gini nih, jadi UUC alias ujung-ujung2nya curcol haha <3

Budokter juga menegaskan mengapa IMD menjadi penting, ya karena dia akan memicu hormon oksitosin yang merangsang kontraksi dan pada akhirnya mencegah pendarahan. Nanti juga setelah kala 3 suster dan bidan bakal pencet2 perut kita supaya rahim kontraksi.

Yak, sehari setelah dari dokter, kok saya mulai horror membayangkan ini yah. Kebayang2 pipa2 berwarna merah segar menganga2 terbukaa.. >___< Miss banget sebelumnya, yang kepikiran cuma setelah melahirkan Babybee dan bisa IMD kayaknya udah selamat aja. Padahal belum lewat fase yang paling kritis.. rata2 kematian ibu melahirkan juga disebabkan karena pendarahan ini, yang mana di Indonesia AKI (Angka Kematian Ibu) termasuk tinggi yaitu 228 per 100.000 (gila gw hapal loh! ngeriii!!).

Makanya sekarang dirajinin banget nih ngaji, shalat malam, dan yg penting banyak2 istighfar. Kalo kenapa2 kan dosa2 harus diampuni dulu ya sama Allah... Meskipun, InsyaAllah, katanya melahirkan itu jihadnya perempuan.. kalo jadi mujahidah itu masuk surga kan ya? Yaa.. bukannya parno or lebay (okay maybe a bit), but better be prepared for all consequences.

Jadi para pembaca budiman.. doakan saya yaa.. semoga bisa melewati segala proses persalinan dengan lancar dan sehat sentausa baik Babybee maupun ibunya.. Sing sehat, sing dilindungi ku Gusti Alloh.. amiin amiin ya Rabbal 'alamiin...

0 comments:

Post a Comment