Sunday 14 November 2010

I *heart* Libraries!!!

Di posting sebelumnya, saya ditengarai cocok jadi pustakawan. Awwhh.. How spot on!  Saya hanya punya pengalaman menjadi asisten perpustakaan waktu SD jadi library monitor, tapi sepanjang sekolah, dari SD di Yasporbi, Ironside State School dan Indooroopilly High School, tempat favorit saya memang perpustakaan. I love being surrounded by books, they give me peace and comfort. Bahkan pas kuliah di ITB dan tentunya UQ, saya lebih tenang belajar di tempat sepi dikelilingi buku2. Saya menghindari perpustakaan waktu SMP dan SMA, karena penjaga perpustakaannya tidak menyenangkan. Galak. Dan juga waktu kuliah, di perpustakaan jurusan, soalnya penjaganya Naudzubillah galaknya. Mulai nyaman kesana pas si oknum penjaga galak dipindahtugaskan, konon karena sikapnya yang tidak ramah itu beliau dikeluarkan dari perpustakaan. Oh good riddance.

I'm going to take a trip down memory lane and review the libraries that I have been to.
  1. Perpustakaan SD Yasporbi, Jakarta: Pertama kali cinta sama perpustakaan disini nih. Perpustakaan ini menyenangkan, karena koleksi bukunya yang oke. Saya diperkenalkan dengan Trio Detektif, Lima Sekawan, STOP, Tujuh Serangkai, Hawkeye dan Amy, serta dongeng2 nusantara disini. Tapi yang paling berkesan ya buku2 detektif cilik itu. What geniuses, I thought. Karena buku2 inilah saya jadi bisa menemukan bakat saya di bidang menulis, waktu itu saya kelas 4 SD. Yang saya ingat pustakawannya bapak2, perawakan besar, tidak terlalu ramah tapi tidak galak juga. Yang jelas saya hobi banget pinjam buku disitu sampai2 banyak yang saya lupa kembalikan, sampai akhirnya saya hijrah ke Australia dan buku2 itu masih tetap ditangan saya sampai sekarang. Kebanyakan buku Lima Sekawan, ada beberapa Enid Blyton juga :D
  2. Ironside State School Library, Brisbane Australia: Ah, one of the libraries I love! Dan disinilah impian saya untuk jadi pustakawan mulai terwujud, hehe. Saya jadi anggota Library Monitors, yaitu murid2 yang bantu2 diperpustakaan. Kerjanya merapikan buku2 di rak, membantu murid lain yang mencari buku, sampai dibagian pinjam-meminjam buku. Setiap Library Monitor dikasih pin, dan ada tingkatannya. Kayak Paskibra gitu :D Yg jelas saya koleksi semua jenis pin dan award, saking berdedikasinya saya. Para pustakawan disitu, Mrs Anderssen dan Mr Poulsen, I think considered me as one of their favourites ;) Pengalaman mengesankan disini adalah saya dikasih tanggungjawab rak buku bagian 800-900 (kode perpustakaan yg disebut Dewey Decimal System). Ini bagian Sastra, Geografi, dan juga bagian tentang perang (my most precious book from this shelf was The Diary of Anne Frank). Dan juga pas saya diberi kepercayaan untuk menjalankan sistem pinjam-meminjam paling mutakhir, discan2 pake barcode, udah ga dicatat di kartu lagi! Oh, how exciting! Jadi hampir setiap lunch time di sekolah ini saya habiskan di library ini. Temen2 deket saya juga tidak lain adalah para library monitors. I love library monitors!
  3. Indooroopilly State High School Library, Brisbane: Lulus dari Ironside, saya masuk Indooroopilly High. How I marvel at the books! Disini minat baca saya mulai tidak terkendali. Haha. Saya bisa minjam 8 buku dan dalam 2 hari semuanya sudah saya kembalikan. Para pustakawan sudah hapal sama saya dan takjub lihat saya begitu lapar akan buku. Hehe. Tapi disini ga ada library monitor. Waktu makan siang adalah waktu gaul bersama teman2 dekat. :D cuma jadi sering begadang2 baca buku. Buku2 yang dibaca juga sudah mulai bergenre dewasa, bukan lagi buku young adult fiction. Mulai suka baca buku thriller (sempet terobsesi sama buku The Sculptress karya Minette Walters), dan meneruskan kecintaan baca buku klasik. Kalo pas SD bacanya Louisa May Alcott's Little Women atau serial Anne of Green Gables atau Emily of New Moon karya L M Montgomery, mulai high school bacaannya Jane Austen (fell in love with her books here, especially, of course, Pride and Prejudice), Bronte, Jostein Gaarder's Sophie's World dan bahkan baca Pramoedya Ananta Toer dari perpustakaan ini.
  4. Brisbane City Council Library:
    the colourful Brisbane City Council Library
    terkadang saya juga suka minjam buku disini. Tapi agak jarang, karena disekolah sudah banyak buku yg bisa saya baca. Cuma disini perpustakaannya strategis, terletak di pusat2 perbelanjaan yang tersebar di penjuru kota. Jadi bisa minjem buku pas mama belanja, trus dikembalikannya di mall yang satunya. Ga masalah, karena semuanya terhubung. BCC Library yg sekarang sudah keren sih, tapi saya malah belum pernah masuk kesana lagi sekarang, udah keasikan di perpus kampus UQ.
  5. Perpustakaan SMP 138, Jakarta: Not much experience here. Kecuali masuk pas dikeluarin dari kelas Ekonomi gara2 ga bikin PR. Huhu. Hampir nangis deh. Tapi perpusnya ga nyaman banget. Karena ya itu, tempat murid2 yg dikeluarin dari kelas pada nongkrong. So it's like a detention centre instead of a library. Koleksi bukunya juga buku pelajaran yang ga pernah disentuh. Ga ada buku cerita kayak di SD Yasporbi.
  6. Perpustakaan SMA 21, Jakarta: Sama seperti diatas. Bahkan lebih buruk, karena penjaganya gualak pisaan. Hiks, kapok lah kesana. Katanya sih ada beberapa buku recreational, ga semuanya buku pelajaran, tapi pustakawannya bikin il fil mau masuk sana.
  7. British Council Library, Jakarta: 
    Library@Senayan, penerima buku2 hibah dari British Council Library
    Terletak di kantor British Council di Sudirman, berisi buku2 Bahasa Inggris. Mulai kesini pas SMA dan jatuh cintaa!! Bisa baca English books tanpa harus beli dengan harga ratusan ribu rupiah. And reunited with Jane Austen! Tapi setelah itu tutup, dan buku2nya dihibahkan ke perpustakaan Diknas. Ironisnya, jaman saya kerja di Diknas ga pernah sekalipun menginjakkan kaki kesana. Padahal konon perpus Diknas ini cukup happening, jadi tempat gaul dan berkumpul, ga cuma perpustakaan pemerintah yang kaku seperti perpustakaan jaman saya SMP dan SMA.
  8. Perpustakaan Pusat ITB
    Perpustakaan Pusat ITB, Bandung: Gedungnya aja ungu, how can I not love it? Haha. Tapi sekarang udah direnovasi yah. ga ungu lagi. sayangnya, ga terlalu sering juga sih kesini, karena ga banyak buku yang bisa saya pinjam. Hanya kalo lagi pengen belajar dan menyendiri, suka belajar disini. Sebenernya sih ada juga buu2 recreational berbahasa Inggris, tapi ga terlalu banyak. Sering kesini ya paling numpang sholat di musholanya. Atau belajar kelompok di basementnya. Atau beli batagor, sebelum kakilima digusur dari ITB.
  9. Perpustakaan Jurusan Kimia ITB, Bandung : Tidak pernah masuk kesini, dan bahkan bikin kartu anggota, sampai tingkat 3 kalo ga salah. Malah ada temen yang ga pernah jadi anggota sama sekali. Awalnya ilfil karena sang pustakawan yang begitu galaknya. (lihat cerita diatas :D ) Dan buku2nya juga jadul. Giliran ada buku yang relevan ya dijaga di rak yang terkunci. Maklum, edisi terbaru, harganya jutaan rupiah. Jadi cuma boleh minjem sebentaar ajah. Trus kalo disini juga ga boleh bawa tas, tapi tasnya ditaro di rak yang ga dijaga, jadi suka kejadian tasnya kehilangan.
  10. Social Sciences and Humanities Library, University of Queensland, Brisbane: Sebenernya dahulu kala waktu Mama dan Papa masih jadi student UQ, pernah kesini. Dulu namanya Central Library kalo ga salah. Nah kebetulan pas saya jadi student disini, di library inilah tempat buku2 yang relevan dengan kuliah saya berada. Saya sering belajar disini, pas mau bikin essay, writing notes from books or drawing mindmaps. Disini juga ada buku2 recreational. Saya khatam Harry Potter pake buku2 disini. Hehe. Disini juga bisa pinjam DVD loh. Bisa nonton ditempat, atau bisa dibawa pulang. Saya juga khatam nonton Lord of the Rings dari film pertama sampai ketiga, semuanya minjem disini. Gratisan tentunya. Trus bukunya bisa dipinjem berbulan2, kalo ga ada yang recall tentunya. Paling sebel kalo ada buku yang penting buat bikin essay trus di-recall, dlm beberapa hari harus dibalikin. Di sebelah library ini ada Duhig Library tempat saya menghabiskan buanyak waktu mengerjakan essay sampai thesis... dan.. ehm... pacaran sama suami saya, dari jaman pedekate sampai sekarang (suka nemenin suami belajar disana) hehehe. Selain di library ini, di UQ saya suka ke Dorothy Hill Physical Science and Engineering Library dan Graduate Business and Economics, dimana biasanya saya booking kamar belajar dan laptop, atau bermalam di Biological Sciences Library yang buka sampai jam 12 malam. Library ini paling berkesan karena saya menghabiskan waktu berdarah2 waktu S2. Dan karena.. yaitu.. one of the places where me and my husband spend a lot of time together ;) 
    UQ Library, where love flourish eheheee.. ;p
Haaa.. sudah panjaaang. I loooove libraries, as you can probably tell my the way I passionately write this blog post. Saking cintanya, saya jadi bercita2 pengen punya library sendiri. Yang terwujud dalam bentuk miniatur waktu SD, and in its grand form in 2004, dalam bentuk Taman Bacaan Litera. But that's another story....


Image sources:
http://uqisa.multiply.com/journal/item/11/Amazing_Facilities_SSH_Library
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=258105&page=4
http://www.worldarchitecturenews.com/index.php?fuseaction=wanappln.projectview&upload_id=850
http://www.thejakartapost.com/news/2009/03/14/get-out-your-rampr-rut.html
This entry was posted in

0 comments:

Post a Comment