Saturday, 20 November 2010

Draft Itinerary Melbourne - Sydney

Daripada blog miskin post, saya mau posting kegiatan 5 hari ke depan aahhh... it's our long anticipated honeymoon holiday to Melbourne and Sydney!! Horeee!!!

Dari sejak mulai direncanakan liburan ini, saya kedapetan bikin itinerary, karena biasanya, pengalaman sebelum2nya saya buat rencana travel gini seneng banget, kaya waktu itu ke Canberra-Sydney atau Bangkok-Pattaya. Nah, sekarang entah mengapa jd nightmare begini. Bingung mw kemananya. Apalagi si akang sibuk belajar jd semua diserahkan kepada saya, mulai dari booking tiket pesawat, hotel, smp itinerary (sayang, eneng bukan travel agent lohh). Tapi dapet lahh tiket yg murah akhirny, sampe hotel juga lumayan  dapet yg murah2. (nanti diceritain ttg ini yah).

Nah, skrg udh tinggal 12 jam lagi menuju take-off, si eneng teh belum selesai bikin itinerary-nya. Dari kemarin dan hari ini sibuk bikin soal evaluasi buat anak2 TPA-ku. Dan lebih shocking lagi, packing pun jadinya masih nol persen. Begitupun akang yg udah bobo jam segini, koper kita masih kosong. Huehehe. Yang ada tumpukan baju abis dicuci belum dimasukin palagi disetrika. Pluss.. rumah masih berantakan. Ga mungkin kan ninggalin rumah klo piring belum dicuci, lantai belum dibersihin, dan bagian lain belum diberesin.. nanti pulang2 dikirain dimalingin padahal emg dari sononya kaya kapal pecah hehe. Dan bukannya dikerjain gitu yah tugasnya malah blogwalking trus ikutan ngeblog :p

Yaudah daripada lieur, dipublish dulu deh draft itinerarynya:

Minggu, 21 November 2010
depart from Brisbane to Melbourne
sampe Best Western Atlantis Hotel jam 3-4pm ADST, shalat, makan, mandi, istirahat...
Federation Square, ke Visitor Centre ambil peta n brosur dll
Australian Centre of Moving Image (ACMI)
Eureka Skydeck 88

Senin, 22 November 2010
Old Melbourne Gaol
University of Melbourne
Rod Laver Arena
Royal Botanic Gardens
Jalan menyusuri Yarra River

Selasa, 23 November 2010
Queen Victoria Market
Packing2 trus naik bis ke airport, kita ke Sydney!

nah sampe Sydney belum dibikin lagi..tapi berhubung tahun kemaren abis dari sana, yaa sedikit2 masih kebayang lah mau kemana aja, cuman kapannya yang belum diputuskan:
Sydney Opera House
Darling Harbour
Paddy's Market
University of Sydney
Botanic Gardens
Manly Beach by ferry
yaa pokoknya sama ky di Melbourne, ga jauh2 dari CBD kita mainnya.

If all goes well, we'll be back in Brisbane on Thursday, 25th November. Doakan perjalanan lancar. Doakan kantong pun tetap tebal (ga kalap ngabisin duitny). Doakan bagasi tidak melebihi batas (berhubung salah satu tujuan kita ke Melbourne and Sydney adalah beli suvenir khas Aussie buat dibawa ke Indonesia krn di Brisbane muahalll, dijamin pulang ke Brisbane pasti koper menggendut! Asal jgn smpe "beranak" ajah yah). Ah agak nyesel sih cuma beli bagasi buat saya aja, si akang cuma dapet cabin baggage :(

Wichi signing off! Bye bye Brissie!

Sunday, 14 November 2010

Mie Bakso Special edisi Final Exam

Si Akang lagi heboh2nya final exam. Cuma kali ini bener2 final. Yang terakhir sepanjang sejarah dia kuliah Master of Commerce ini. Jika tidak ada aral melintang, dengan kekuasaan Allah SWT saya akan melihatnya diwisuda tanggal 15 Desember mendatang.. (amin amin amiin...)

Nah biar dia tambah semangat belajarnya, saya kasih treat spesial. Sebenernya ga direncanakan, tapi emang udah jodoh (??), pas lagi TPA salah satu orangtua murid menghampiri saya dan nawarin beli bakso buatannya. Ini bakso sapi dan bakso ayam, yang bentuknya bener2 kayak bakso. Untuk diketahui di Brisbane ini ga ada yang jual bakso sprt itu yg mentah, klo mau beli ya harus yg udah jadi di restoran Indonesia (yg cuma ada 3 seantero Brisbane yg gede ini :((( ), meskipun ada beberapa yang bikin sendiri trus dijualin. Seperti yg ditawarkan ke saya, dan sayapun langsung mengiyakan, beli 1 plastik seharga $5.

Sampai dirumah saya beraksi.. Bikinnya gampang kok.

Untuk kuahnya tinggal rebus ayam, kuah rebusanny itu yg jadi kuah bakso. Kalo rajin sih ayamnya bisa disuwir, trus ditumis sama saus tiram dll untuk bikin ayam yg kaya mie ayam. Tapi saya males, ribet. Hehe. Jadi setelah jadi kuah kaldu ayamnya, baru masukin baso, tumisan bawang merah-bawang putih, irisan daun bawang, garam dan merica. Sementara itu saya bikin pangsit dari fish paste (beli jadi) yang dimasukkan ke lembaran pangsit (won ton pastry), direkatkan pake larutan maizena. Lalu rebus sampai pangsitnya mengapung. Berikutnya saya rebus mie telor dan bihun (untuk bihun cukup direndam dalam air panas selama beberapa menit lalu tiriskan).

Bihun dan mie yang sudah ditiriskan dimasukkan ke dalam mangkok. Diatasnya masukkan pangsit yg sudah matang, irisan seledri, dan tauge yang sudah direndam air panas sebentar. Lalu masukkan bakso beserta kuahnya ke dalam mangkok tersebut. Taburkan bawang goreng.

Voila! Semangkuk bakso yang memuaskan suami dan membuatnya refreshing sejenak dari beban ujian... ;-)

mmm.. looks mighty good, doesn't it??

PS: liat baksonya, taugenya, pangsitnya.. jadi kangen bakso di Tasik yang sungguh juaraa.. ihh pengen ke Tasik ihh.. ketemu Mamah Papah lagi..

I *heart* Libraries!!!

Di posting sebelumnya, saya ditengarai cocok jadi pustakawan. Awwhh.. How spot on!  Saya hanya punya pengalaman menjadi asisten perpustakaan waktu SD jadi library monitor, tapi sepanjang sekolah, dari SD di Yasporbi, Ironside State School dan Indooroopilly High School, tempat favorit saya memang perpustakaan. I love being surrounded by books, they give me peace and comfort. Bahkan pas kuliah di ITB dan tentunya UQ, saya lebih tenang belajar di tempat sepi dikelilingi buku2. Saya menghindari perpustakaan waktu SMP dan SMA, karena penjaga perpustakaannya tidak menyenangkan. Galak. Dan juga waktu kuliah, di perpustakaan jurusan, soalnya penjaganya Naudzubillah galaknya. Mulai nyaman kesana pas si oknum penjaga galak dipindahtugaskan, konon karena sikapnya yang tidak ramah itu beliau dikeluarkan dari perpustakaan. Oh good riddance.

I'm going to take a trip down memory lane and review the libraries that I have been to.
  1. Perpustakaan SD Yasporbi, Jakarta: Pertama kali cinta sama perpustakaan disini nih. Perpustakaan ini menyenangkan, karena koleksi bukunya yang oke. Saya diperkenalkan dengan Trio Detektif, Lima Sekawan, STOP, Tujuh Serangkai, Hawkeye dan Amy, serta dongeng2 nusantara disini. Tapi yang paling berkesan ya buku2 detektif cilik itu. What geniuses, I thought. Karena buku2 inilah saya jadi bisa menemukan bakat saya di bidang menulis, waktu itu saya kelas 4 SD. Yang saya ingat pustakawannya bapak2, perawakan besar, tidak terlalu ramah tapi tidak galak juga. Yang jelas saya hobi banget pinjam buku disitu sampai2 banyak yang saya lupa kembalikan, sampai akhirnya saya hijrah ke Australia dan buku2 itu masih tetap ditangan saya sampai sekarang. Kebanyakan buku Lima Sekawan, ada beberapa Enid Blyton juga :D
  2. Ironside State School Library, Brisbane Australia: Ah, one of the libraries I love! Dan disinilah impian saya untuk jadi pustakawan mulai terwujud, hehe. Saya jadi anggota Library Monitors, yaitu murid2 yang bantu2 diperpustakaan. Kerjanya merapikan buku2 di rak, membantu murid lain yang mencari buku, sampai dibagian pinjam-meminjam buku. Setiap Library Monitor dikasih pin, dan ada tingkatannya. Kayak Paskibra gitu :D Yg jelas saya koleksi semua jenis pin dan award, saking berdedikasinya saya. Para pustakawan disitu, Mrs Anderssen dan Mr Poulsen, I think considered me as one of their favourites ;) Pengalaman mengesankan disini adalah saya dikasih tanggungjawab rak buku bagian 800-900 (kode perpustakaan yg disebut Dewey Decimal System). Ini bagian Sastra, Geografi, dan juga bagian tentang perang (my most precious book from this shelf was The Diary of Anne Frank). Dan juga pas saya diberi kepercayaan untuk menjalankan sistem pinjam-meminjam paling mutakhir, discan2 pake barcode, udah ga dicatat di kartu lagi! Oh, how exciting! Jadi hampir setiap lunch time di sekolah ini saya habiskan di library ini. Temen2 deket saya juga tidak lain adalah para library monitors. I love library monitors!
  3. Indooroopilly State High School Library, Brisbane: Lulus dari Ironside, saya masuk Indooroopilly High. How I marvel at the books! Disini minat baca saya mulai tidak terkendali. Haha. Saya bisa minjam 8 buku dan dalam 2 hari semuanya sudah saya kembalikan. Para pustakawan sudah hapal sama saya dan takjub lihat saya begitu lapar akan buku. Hehe. Tapi disini ga ada library monitor. Waktu makan siang adalah waktu gaul bersama teman2 dekat. :D cuma jadi sering begadang2 baca buku. Buku2 yang dibaca juga sudah mulai bergenre dewasa, bukan lagi buku young adult fiction. Mulai suka baca buku thriller (sempet terobsesi sama buku The Sculptress karya Minette Walters), dan meneruskan kecintaan baca buku klasik. Kalo pas SD bacanya Louisa May Alcott's Little Women atau serial Anne of Green Gables atau Emily of New Moon karya L M Montgomery, mulai high school bacaannya Jane Austen (fell in love with her books here, especially, of course, Pride and Prejudice), Bronte, Jostein Gaarder's Sophie's World dan bahkan baca Pramoedya Ananta Toer dari perpustakaan ini.
  4. Brisbane City Council Library:
    the colourful Brisbane City Council Library
    terkadang saya juga suka minjam buku disini. Tapi agak jarang, karena disekolah sudah banyak buku yg bisa saya baca. Cuma disini perpustakaannya strategis, terletak di pusat2 perbelanjaan yang tersebar di penjuru kota. Jadi bisa minjem buku pas mama belanja, trus dikembalikannya di mall yang satunya. Ga masalah, karena semuanya terhubung. BCC Library yg sekarang sudah keren sih, tapi saya malah belum pernah masuk kesana lagi sekarang, udah keasikan di perpus kampus UQ.
  5. Perpustakaan SMP 138, Jakarta: Not much experience here. Kecuali masuk pas dikeluarin dari kelas Ekonomi gara2 ga bikin PR. Huhu. Hampir nangis deh. Tapi perpusnya ga nyaman banget. Karena ya itu, tempat murid2 yg dikeluarin dari kelas pada nongkrong. So it's like a detention centre instead of a library. Koleksi bukunya juga buku pelajaran yang ga pernah disentuh. Ga ada buku cerita kayak di SD Yasporbi.
  6. Perpustakaan SMA 21, Jakarta: Sama seperti diatas. Bahkan lebih buruk, karena penjaganya gualak pisaan. Hiks, kapok lah kesana. Katanya sih ada beberapa buku recreational, ga semuanya buku pelajaran, tapi pustakawannya bikin il fil mau masuk sana.
  7. British Council Library, Jakarta: 
    Library@Senayan, penerima buku2 hibah dari British Council Library
    Terletak di kantor British Council di Sudirman, berisi buku2 Bahasa Inggris. Mulai kesini pas SMA dan jatuh cintaa!! Bisa baca English books tanpa harus beli dengan harga ratusan ribu rupiah. And reunited with Jane Austen! Tapi setelah itu tutup, dan buku2nya dihibahkan ke perpustakaan Diknas. Ironisnya, jaman saya kerja di Diknas ga pernah sekalipun menginjakkan kaki kesana. Padahal konon perpus Diknas ini cukup happening, jadi tempat gaul dan berkumpul, ga cuma perpustakaan pemerintah yang kaku seperti perpustakaan jaman saya SMP dan SMA.
  8. Perpustakaan Pusat ITB
    Perpustakaan Pusat ITB, Bandung: Gedungnya aja ungu, how can I not love it? Haha. Tapi sekarang udah direnovasi yah. ga ungu lagi. sayangnya, ga terlalu sering juga sih kesini, karena ga banyak buku yang bisa saya pinjam. Hanya kalo lagi pengen belajar dan menyendiri, suka belajar disini. Sebenernya sih ada juga buu2 recreational berbahasa Inggris, tapi ga terlalu banyak. Sering kesini ya paling numpang sholat di musholanya. Atau belajar kelompok di basementnya. Atau beli batagor, sebelum kakilima digusur dari ITB.
  9. Perpustakaan Jurusan Kimia ITB, Bandung : Tidak pernah masuk kesini, dan bahkan bikin kartu anggota, sampai tingkat 3 kalo ga salah. Malah ada temen yang ga pernah jadi anggota sama sekali. Awalnya ilfil karena sang pustakawan yang begitu galaknya. (lihat cerita diatas :D ) Dan buku2nya juga jadul. Giliran ada buku yang relevan ya dijaga di rak yang terkunci. Maklum, edisi terbaru, harganya jutaan rupiah. Jadi cuma boleh minjem sebentaar ajah. Trus kalo disini juga ga boleh bawa tas, tapi tasnya ditaro di rak yang ga dijaga, jadi suka kejadian tasnya kehilangan.
  10. Social Sciences and Humanities Library, University of Queensland, Brisbane: Sebenernya dahulu kala waktu Mama dan Papa masih jadi student UQ, pernah kesini. Dulu namanya Central Library kalo ga salah. Nah kebetulan pas saya jadi student disini, di library inilah tempat buku2 yang relevan dengan kuliah saya berada. Saya sering belajar disini, pas mau bikin essay, writing notes from books or drawing mindmaps. Disini juga ada buku2 recreational. Saya khatam Harry Potter pake buku2 disini. Hehe. Disini juga bisa pinjam DVD loh. Bisa nonton ditempat, atau bisa dibawa pulang. Saya juga khatam nonton Lord of the Rings dari film pertama sampai ketiga, semuanya minjem disini. Gratisan tentunya. Trus bukunya bisa dipinjem berbulan2, kalo ga ada yang recall tentunya. Paling sebel kalo ada buku yang penting buat bikin essay trus di-recall, dlm beberapa hari harus dibalikin. Di sebelah library ini ada Duhig Library tempat saya menghabiskan buanyak waktu mengerjakan essay sampai thesis... dan.. ehm... pacaran sama suami saya, dari jaman pedekate sampai sekarang (suka nemenin suami belajar disana) hehehe. Selain di library ini, di UQ saya suka ke Dorothy Hill Physical Science and Engineering Library dan Graduate Business and Economics, dimana biasanya saya booking kamar belajar dan laptop, atau bermalam di Biological Sciences Library yang buka sampai jam 12 malam. Library ini paling berkesan karena saya menghabiskan waktu berdarah2 waktu S2. Dan karena.. yaitu.. one of the places where me and my husband spend a lot of time together ;) 
    UQ Library, where love flourish eheheee.. ;p
Haaa.. sudah panjaaang. I loooove libraries, as you can probably tell my the way I passionately write this blog post. Saking cintanya, saya jadi bercita2 pengen punya library sendiri. Yang terwujud dalam bentuk miniatur waktu SD, and in its grand form in 2004, dalam bentuk Taman Bacaan Litera. But that's another story....


Image sources:
http://uqisa.multiply.com/journal/item/11/Amazing_Facilities_SSH_Library
http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=258105&page=4
http://www.worldarchitecturenews.com/index.php?fuseaction=wanappln.projectview&upload_id=850
http://www.thejakartapost.com/news/2009/03/14/get-out-your-rampr-rut.html
This entry was posted in

Saturday, 13 November 2010

Karier Ideal Wichi

Diambil dari KOMPAS.com's QUIZ : TEMUKAN KARIER IMPIAN ANDA
 
Jawaban
Jawaban Anda akan memberikan beberapa petunjuk mengenai karier ideal Anda. Walaupun pada hakekatnya semua karier mengharuskan Anda berhubungan dengan orang lain, informasi, dan hal-hal lain, dan banyak pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, kebanyakan karier berfokus pada satu aspek tertentu, dan kebanyakan dari kita memiliki kecenderungan yang berbeda. Pilihan karier yang diberikan akan sangat banyak, namun Anda bisa mencari sendiri contoh lainnya berdasarkan kriteria pekerjaan yang sesuai keinginan Anda

"Karier ideal Anda kemungkinan mengharuskan Anda mengolah informasi. Anda akan menjalankan tugas-tugas seperti menyatukan, mengkoordinasi, menganalisa, menyusun, menginput data, mengkopi, atau membuat perbandingan. Apa kira-kira pekerjaan yang cocok untuk ketrampilan seperti ini? Beberapa di antaranya adalah asisten di perpustakaan, editor, web developer, organizer profesional, akuntan, atau sistem informasi manajemen."
 
I knew it I knew it I knew it!! I should've been a librarian. Atau editor yah? I have no idea what organizer profesional mean. There's no way I'm going to be an accountant. Tapi kedua profesi yang disebut di awal adalah pekerjaan yang setidaknya saya ada pengalaman di bidang itu.
 
Well this is very mind-opening, di tengah kegalauan mencari makna hidup, self worth dan sesuap nasi nanti di Tanah air (which is in 1 month's time!!) 
This entry was posted in

Monday, 8 November 2010

when he leaves

She watched him go silently. If she could, she would have screamed, and exclaimed at the top of her lungs, calling his name, beckoning him back. But the words just stuck in her throat. 

As he walked away, she could only see a blurred vision of him, as her eyes welled up with tears.

She got down to her knees, crying, unable to utter any words. What? What words could possibly have brought him back? It was her fault he went, her own doings had made him leave her now. There was nothing she could do. No more reasons to tell him why he should stay. No more apologies will soften his heart. No, he was bored of her apologies. As if apologising will make it all better, and then their lives will be like usual. When in reality it doesn’t go that way, he had told her. She couldn’t understand, although how hard she tried. She only knew that he had tried so hard to understand her, but she just wouldn’t let him.

I don’t even understand myself, she cried silently.

She had always wanted someone to understand her, and yet when that someone actually comes along, she shut herself, afraid of what she might reveal to him. As if knowing her will mean she will lose that person’s trust. And all she could do was tell him things, things that she meant to be from her heart, but failed to come  ut as she wanted them to. All the wrong things she said. And yet she couldn’t make them right. She couldn’t make them right then, and she couldn’t make them right now.

He disappeared out of sight, his heart, too, in pain. He loved her dearly, but he was being unfair to himself and to her, if he let things go they way they were before. He couldn’t face it. And yet he knew clearly that he still loves her, and it will always stay that way. But she wasn’t the girl he knew before. The girl that made him love her in the first place, the girl who always made his heart skip a beat, the girl who never failed to make him just plain happy. Or maybe the person she is now, is truly who she was? That all this time, the girl he knew just wasn’t her, and now the real her is surfacing? If that was true, he knew he couldn’t stay with her any longer.

There was no use, anyway. She gave up trying to call him. As if her words will bring him back. Her words, which always came out wrong from her mouth, could never make him see her the way he had seen her in the first place. Oh, if I could get back the person I was before! The person who can laugh when it was time to laugh, cry when it was time to cry… the person who did everything right, who made everyone happy… but most important of all… who made him happy.

What’s the use? There was no point in life, now that he’s gone. It was him who kept her going… it was him who gave her a purpose in life… to make him happy. But she had failed. She failed him. She failed life.

She stood, watching the empty street that he had walked through. She turned the other way, her step shaken, as if she was walking on a tightrope. She couldn’t feel anything anymore. Her tears had gone dry; she was too tired to cry. Too tired to go on. Too tired to do anything. As she continued walking, her cell phone beeped. Sighing, she rummaged through her bag to find it, and pressed its buttons to read the new message. It was him.

I just want to let you know that whatever I do, my feelings for you will never change. I love you. Hang on… don’t let anything ruin you. Take care of yourself, for you, your family… and your lover.

 A smile dawned on her. A smile that turned into a laugh, then a cry, as the tears flow out of her eyes in joy. She walked on, never being as determined in her life, to return to her normal self, and to please the most important person in her life… herself.

Monday, 1 November 2010

Cooking Capers: Ayam Goreng plus Kol Goreng


My lunch today was heavenly. Really unhealthy, but heavenly. :) Berawal dari nostalgia kuliner Bandung yang saya tumpahkan di twitter, saya jadi kebayang2 ayam goreng langganan saya waktu masih kuliah di ITB. Letaknya di gerbang belakang ITB, belakang parkiran. Emang langganan karena deket kalo mau makan siang dari Gedung Kimia. Disitu yg saya ingat menunya ayam goreng, nasi goreng, kayanya ada lain lagi tapi lupa. Soalnya yg keinget ayam gorengnya. Disajikan di piring kecil beserta lalapan selada, kol dan timun. Sama nasi di piring lainnya. Kalo saya makan, ditambahin sambel sama kecap. Yumm.. Nah yg bikin yummy itu ada lagi tambahannya, yaitu kol goreng. Aneh ya kedengarannya.. tapi kol goreng ini nikmat loh. Syaratnya, bikinnya bareng ayam goreng.

Jadi gampang banget caranya. Kalo bikin ayam goreng udah bisa lah ya. It involves ngulek2 banyak bumbu, ngungkep ayam sampe abis airnya trus digoreng deh. Bumbuny apa? Google aja ndiri yah. Soalnya saya juga males ngulek2 bumbu ayam goreng, biasanya beli jadi yg kering maupun yg basah. Kali ini saya pake bumbu basah. Nah sisa2 rebusan bumbu saya ikut goreng juga sama ayamny, jadi ada ky kremesannya itu. kremesannya ini yang saya goreng sama kol. Jadi kolnya harus digoreng pake minyak bekas goreng ayam, dan lebih maknyus lagi kalo masih ada kremesan2nya itu digoreng bareng kolnya. Biar rasanya keluar, kolny harus digoreng sampe ujungny sedikit gosong atau sampe dia melepuh2, karena kalo belum sampe kaya gitu rasany cuma kaya kol rebus berminyak, ga enak. Hihi.

Ini makanan paling ga bergizi kali ya, minyakny sekilang (hiperbolis nya), jelantah pula.. tapi rasanya... nikmattt!! ;)