Sunday, 24 November 2019

The Life-Changing Magic of Tidying Up - Marie Kondo (Pre Challenge 3 KIMI 2020)


Pre Challenge KIMI berikutnya adalah me-review buku, ada 3 judul yang jadi pilihan. Pilihanku jatuh pada buku The Life-changing Magic of Tidying Up oleh Marie Kondo. Sebenarnya sebelumnya sedang membaca buku ini, sudah sekitar 1/5nya, tapi terus gak diselesaikan. Begitu dikasih challenge, mau coba baca buku Emotional Healing Therapy-nya Irma Rahayu, dengan download e-booknya di app iPusnas dan iJak tapi puyeng bacanya kecil2 hurufnya. Belilah buku preloved di online, ternyata edisi pertama banget yang agak out of date. Akhirnya beli lagi yang edisi terakhir. Tapi eh tapi, aku pusing bacanya. Mengorek luka lama, trauma yang kupendam muncul ke permukaan, jadi kepikiran. Daripada aku sengklek, karena akhir2 ini benar2 membutuhkan kewarasan, jadi takdirnya disuruh konsisten dari awal, yaitu balik lagi baca buku Marie Kondo sampai selesai.

Oke, mari mulai membahas bukunya ya. First of all, terjemahan judul Bahasa Indonesianya does not do the book justice "seni beres-beres dan metode merapikan ala Jepang"? Padahal yang dibahas lebiih dari cara beres2 dan merapikan tapi sesuai judulnya, bagaimana beres2 bisa mengubah hidup. Dan memang, bukunya harus dibaca dengan hati terbuka dari awal sampai akhir. Karena baca awal2 aku belum klik, makanya trus ditaro dan ga dipegang2 lagi sampai diminta baca sama KIMI. Dan pas ketika aku baca lagi, justru masuk ke bagian menariknya yang bikin aku "ooo... gitu... waaahhh... iya bener banget...." dan sebagainya :)

I am (was?) a self-proclaimed and proud to be a messy person.


via GIPHY

Aku pikir karena efek dari kecil punya pembantu, gak pernah beresin my own mess at home. Dan gak pernah diajarin sama Mama "anak gadis gak boleh slordeuh". Tapi kalo dipikir2 adikku kan sama ya, nah dia itu resik banget dari kecil. Beda sama kakaknya yang masih bisa berfungsi dalam kubangan baju atau buku 🙈 Padahal dia cowok dan aku cewek. Sampai2 suka disindir dan jadi bahan beranteman beneran sama suami, karena suamiku itu sama seperti adikku. Cowok resik, yang pulang kantor belum ganti baju langsung beres2 rumah (baca: menata barang2 pada tempatnya).

Padahal, ternyata, menurut Marie Kondo, kondisi rumah menggambarkan kondisi yang punyanya. Kalau yang punyanya sobat ambyar ya wajar rumahnya berantakan. Orang yang berantakan atau suka menimbun barang sebenarnya memiliki masalah keterikatan pada masa lalu atau kecemasan pada masa depan (hal.174). Nah ini aku banget... gimana mau hidup tenang kalau kerjaannya hidup di masa lalu dan overthinking mengkhawatirkan masa depan?? Ternyata itu tercermin dari apa yang ada di rumah kita. Kata Marie:
 "keterikatan pada masa lalu dan kekhawatiran akan masa depan tidak hanya memengaruhi cara Anda memilih barang yang Anda miliki, tetapi juga merepresentasikan kriteria apa yang Anda jadikan patokan dalam tiap aspek kehidupan Anda, termasuk pekerjaan dan hubungan Anda dengan orang-orang." (hal.174)
Nah terus gimana beres2 bisa mengubah hidup? Kata kuncinya: SPARK JOY. Hanya miliki barang yang membangkitkan kegembiraan. Yang setiap kita lihat, kita merasa bahagia atas kehadirannya. Dan menurutku, ini berlaku tidak hanya untuk barang, tapi untuk semua yang ada dalam hidup kita -- orang2, pekerjaan, dll. Just keep the ones that spark joy. Simpel kan?


via GIPHY

Yang aku suka dari buku ini, gak cuma kasih tips2 praktis gimana caranya bebenah, tetapi ya itu, ngasihtau kalo bebenah rumah is all about bebenah emosi dan bebenah hidup. Jadi beda dengan seni bebenah lainnya yang lebih teknikal dan logis, Marie Kondo ini malah nyuruh kita selami diri dan emosi. Hal-hal kecil seperti berterimakasih pada barang seusai kita menggunakannya (misal saat menanggalkan pakaian atau meletakkan tas beserta isinya) atau saat akan dibuang, atau menyapa rumah seolah dia hidup setiap kita kembali, tentunya membuat kita lebih bersyukur dan menghargai walaupun mereka hanyalah barang materiil nonhidup tapi juga kan pemberian Allah yang wajib disyukuri.

Jadi menurutku, kalau kita terapkan prinsip Marie Kondo ini, sebenarnya bisa membuat kita menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur dan qanaah, dalam arti merasa cukup akan apa yang sudah diberi. Karena dengan mudahnya kita mendapat material things dan di era medsos dimana kita serba membandingkan dan berkompetisi, kadang sulit untuk bersyukur pada hal2 kecil di sekitar kita dan merasa selalu berkekurangan. Astaghfirullah.

Anyway, ketika dan setelah membaca buku, akhirnya saya mulai mempraktekkan. Dimulai dengan membereskan "komono" (barang printilan macam koin dll) dan kertas2 yang membuat meja kerja saya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya karena jadi tempat penyimpanan. Setelah itu Qadarullah si Raka sakit dan divonis dokter alergi udara. Which means kamar harus steril. Di kamarnya itu banyaaaakk banget barang mainan, baju dll. Padahal sempit kamarnya. Banyak banget PRnya, tapi dimulai dengan beresin 1 sudut berisi mainan, dapat 1 kantong besar sampah dan 2 kardus untuk disumbangkan. Besoknya beberes baju, berhasil membuang 1 plastik baju dan mendonasikan 4 plastik baju. Yang belum rak buku, rak printilan, dan masih ada 2 box mainan yang harus disortir kembali. Lha wong anaknya sekarang kerjaannya main Lego (dan action figure sesekali) doang sama nonton TV atau main PS. Setelah itu berencana beresin baju sendiri, tapi yang urgent ya kamar anak2 biar Raka lega tidur disitu. Karena printilan yg disimpan tentunya jadi sarang debu. Gak mau lagi lihat anakku mukanya bengep, bentol2 dan gatal2 karena debu atau tungau huhu.

Semoga kami bisa jadi sehat lahir batin dan bahagia dengan barang2 di rumah yang membangkitkan kegembiraan :)

#kimichallenge #thelifechangingmagicoftidyingup #KIMI2020

0 comments:

Post a Comment