Showing posts with label work. Show all posts
Showing posts with label work. Show all posts

Thursday, 18 April 2013

Why I had to resign

8 working days until my resignation. . .

Setiap perempuan masa kini pasti tidak gampang memutuskan untuk resign dari full time job-nya demi mengurus rumah tangga. Apalagi dalam kasus gw, nyokap kerja full time udah 30tahunan lebih dan bisa dibilang beliau sendiri yg membiayai gw dan adik gw dr SMA sampai pada S2. (Don’t ask about what my late dad did) Dan suami pun mendukung 100% gw untuk bekerja supaya bisa mengaplikasikan ilmu yg gw dapat. Tapi jujur, I did not enjoy it that much. Entah karena memang bidangnya tidak sesuai passion, lingkungan kerja yg tidak mendukung gw berkembang, atau apapun itu. 

Yang jelas gw resah. Call me naïve, tapi gw resah karena gw ga bisa mendidik Raka dan spend time with him the way I want to. Gw resah karena gw juga gak bisa total melayani suami dari hal kecil masakin buat dia, bahkan nyiapin baju kantornya dia, karena malam gw capek pulang kerja (gets worse after 2nd pregnancy, pulang kantor justru suami yg mijitin istri atau ngambilin makan atau minum kalau lagi tepar istrinya), pagi2 pas dia siap2, gw masih tidur karena malam2 buta gw pasti lagi begadang nemenin Raka, jd gw harus tidur lagi abis Subuh kalau nggak gw lemes di kantor. Terus kapan dong gw bisa jadi istri sholehah yg ngurus keluarga?

Dari dulu emang gw gak berambisi punya karir cemerlang sih. Yg kebayang di pikiran gw, jujur, cuma bisa kuliah sampe S3. Tapi gw gak kebayang mau kerja jadi apa. Tapi gw haqqul yaqin bahwa niat gw adalah membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, rahmah, barakah. Makanya gw bersyukur banget Allah mempertemukan gw sama Akang, yang kalau diliat, kita bagai langit dan bumi, dan saking bedanya kita it seems impossible that we were destined to meet at all. Dari pergaulan aja udah beda, umur juga beda jauh, ya paling suku aja kali ya yang mirip.. tapi namanya takdir Allah. 

Allah baik banget sama gw menjodohkan gw dengan suami gw yg ternyata everything that I’ve been looking for. Gw gak pernah niat nyari suami ganteng, kaya, dll. Jaman galau dulu sambil nangis2 di sajadah gw cuma minta Allah kasih gw jodoh yg bisa mendekatkan diri gw kepadaNya. Yg sevisi sama gw dalam tujuan pernikahan, yaitu in the end, meraih surgaNya. As simple as that. Jadi, gak perlu waktu lama sebelum akhirnya Akang dulu menanyakan ke gw tujuan pernikahan itu apa, dan ternyata sejalan dengan dia. So, 2 bulan saja cukup untuk dia akhirnya menyatakan akan meminang gw dari pertama kali berjumpa dengan gw.  (ehm, although, we did feel that chemistry the first time we saw each other, padahal waktu itu belum kenal sama sekali!). Meskipun dalam prakteknya, 6 bulan kemudian baru resmi khitbah atau dilamar dan 6 bulan lagi akhirnya menikah (jadi dulu gwnya gak diijinin kawin sebelum lulus S2, pas lulus, gak bisa buru2 karena jadwal Akang yg masih kuliah di negeri kangguru sono).

Jadi sekarang, gw punya suami baik hati dan bertanggungjawab. Gw kadang merasa I did not do enough for him in return. Sebagai istri, I could have done more. Ya yang namanya istri pastinya harus berbakti pada suami dong. He’s done his part as good husband and father.. and what have I done as his wife and mother to his kids?

So then I resigned from my full time job. Hari ini, seperti diingatkan lagi kenapa gw harus resign. Awalnya baca postingan di blog langganan punya Indah, trus tiba2 lagi stalking FB temen melalui akun suami, nemu cerita ini. Dan semalam, Akang ngasih tahu kalau salah satu temen kita ada yang cerai. Kata Akang, mungkin karena si istri kurang ngurusin suaminya, karena yg kita lihat dia emang kebanyakan ‘gaul’, main mulu sama temen2nya, suami dan anak2 ditelantarkan. Kenapa Akang berpikiran gitu? Karena Akang guru ngaji anak2nya. Mereka susah banget belajar ngajinya karena gak pernah diajarin di rumahnya. Dan Akang mempertanyakan, si ibunya ini gak kerja, trus kerjanya di rumah ngapain aja kalau anak2nya gak diajarin ngaji dan akhlak yang baik? Padahal keluarga itu aktif di TPA dan kegiatan2 sosial lainnya. Jadi Akang pesan sama gw, Raka harus gw yg ngajarin ngaji nanti. Oiya, beberapa hari sebelumnya juga, gw cerita ke Akang kalau ada ibu2 yg datengin gw ke kantor mau daftarin anaknya sekolah di luar negeri. Dia tanya2 macem2, karena tujuannya biar anaknya dapet pendidikan, lingkungan dan pekerjaan yg bagus nantinya. Kenapa? Karena, dia bilang, suaminya udah berapa kali wanti2 ke dia “Pokoknya anak2 tanggungjawab kamu! Kalau mereka kenapa2 sekolahnya atau pergaulannya, saya salahin kamu!” dan Akang bilang, "Si bapak gak salah ngomong kayak gitu. Yang namanya ibu memang kurang lebih tanggungjawab sama anak2nya apalagi kalau dia nggak kerja, berarti waktunya harus lebih didedikasikan buat mendidik anak2nya dengan baik."

Jadi for now, I’m really not interested in any full time job. Justru gw lagi nyari kesempatan untuk kuliah lagi, karena sebenarnya dari dulu itu yang gw pengen. Apalagi dengan ada anak2, gw juga bisa ngajak mereka keluar negeri dan kasih mereka kesempatan hidup di negara, atau kota, yang lebih child-friendly (face it, Jakarta is NOT child-friendly: pollution, traffic that keeps parents away from children for longer times, education system that’s costly but not necessarily good quality, etc etc). 

Kalau masalah gw kehilangan penghasilan, ya masih berpendapat tiap anak ada rejekinya. Selama ini Akang did a great job keeping the family together in terms of finance, gaji gw jarang dipake buat kebutuhan keluarga tapii gak banyak juga yang bisa ditabung or diinvestasikan karena habis di ongkos dan pengeluaran pribadi that comes with the job. Jadi I'm not too worried with the consequences of single income. Masalah gw tidak punya ruang mengaktualisasi diri – apalagi dengan embel2 gelar Master dari LN – well, I never felt this job gave me that ‘room’ anyway. Maybe in another job. Or maybe, aktualisasi diri gw justru saat gw berkutat dengan proposal riset or actually doing the research itself. Artinya, mungkin passion gw ada di kerjaan lain yang bisa bikin gw merasa bisa mengaktualisasi diri. Jadi, resigning from this position gak membuat gw kehilangan kesempatan aktualisasi diri, karena selama ini gak merasa gitu anyway.

What a long and emotional post. Airmata udah di ujung pelupuk pas nulis tentang Akang (feeling guilty here). Semoga setelah gw resign, dikasih kesempatan jadi istri dan ibu yang lebih baik. My husband never asks for anything, never complains to me, even though I never gave him much. It’s time I do what I’m supposed to do, my full time job is being wife to Akang and mother to Raka and Rai. That's all that matters.

Tuesday, 9 April 2013

Postpone resignation or not?

Harusnya minggu ini terakhir kerja. Harusnya minggu depan gw masih dasteran di rumah jam segini, lagi nemenin Raka bobo. Tapi tadi HRD telpon, katanya belum dapet pengganti gw. Katanya bos gw mau cuti, yang mana kalo bos gw cuti jadinya ga ada orang di kantor cabang ini, so there is no business. Jadi dia mohon2 gw untuk menunda resign. Sampe kapan? Sampe akhir Mei. Which is kira2 2 bulan lagi yah. Lama aje.

Tapi juga lagi galau nih mau resign, disaat emang masih butuh duit buat rumah dll-nya, apalagi bulan ini Raka kudu ke dokter buat imunisasi dan check-up rutin 18 bulan yg menurut Babycenter adalah salah satu check-up yg penting. Belum lagi gw-nya juga harus ke dokter kandungan buat periksa Rai. Daaan ada pengajian 4 bulanan buat Rai di akhir bulan ini! Disaat awal bulan udah ngabisin duit dengan angka super fantastis gedenya buat kitchen set, tukang, laundry cabinet, dll… Huwahh! Jadi kalo tiba2 ga ada transferan gaji lagi yg masuk ke rekening dan liat rekening berkurang terus saldonya itu miriis.. agak belum siap sebenernya hahaha.

Jadi numpahin di blog deh, abis jd ga konsen kerja nih mikirin tunda resign apa ngga, kalaupun ditunda sampai kapan, dll. Bilangnya ke HRD sih mau pikir2 dulu dan diskusi sama suami, tapi kata HRD jangan lama2 yaa.. kata suami? Ya namapun lagi kerja, cuma  bilang nanti aja diskusiin di rumah, toh mereka ga ngasih deadline kapan harus ngasih keputusan. Yawdah.

Jadii.. kalau ada pembaca sekian yg lulusan Australia, either Diploma atau degree dan lagi nyari gawean, boleh lah hubungi saya buat gantiin sini kerjaa :D

This entry was posted in

Friday, 5 April 2013

You will be missed, my students

Counting the days til my resignation..

The biggest regret not working here anymore would be ‘abandoning’ my students especially those who are going for this July 2013 or September 2013 intake and who has been in intense communication with me for months since last year.

I love my students. They allow me to open my eyes to new knowledge and experiences from my interactions with them. I sincerely enjoy working and serving them. I’m lucky that in my brief 1 year working here I have experience in serving all kinds of students, from a little girl going to Year 1 in Primary School to an Echelon III government official pursuing PhD study.

I hope they achieve the success they are dreaming of when they decide to pursue their studies overseas.
This entry was posted in

Tuesday, 15 May 2012

Life after becoming working mama


 *fffuuuhhhh* <- tiup blog yg berdebu

Yaa.. sejak postingan terakhir itu blog ga pernah ditengok, twitteran aja jarang… bahkan kemaren rame berita Sukhoi jatuh gw ga tau sampe setelah 2-3 hari kemudian. Hahaa.. ternyata jadi orang kantoran bikin saya lebih kuper daripada jadi IRT!

Jadi ceritanya saya iseng ikut wawancara kerja, yang mana beberapa hari kemudian langsung di-email menyatakan shortlisted, nego gaji dll daaan tidak sampai 2 minggu setelah pertama kali interview, saya langsung masuk kerja. Wew. Dan mulailah perjuangan jadi #mamaperah.

Alhamdulillah per-ASI-an lancar. Meskipun artinya makan siang terburu2 kaya kesetanan krn cuma dapet break ½ jam aja untuk ishoma, eh, pumping-shalat-makan. Istirahat? Boro2… itupun ya ga mungkin kan ketiga aktivitas itu dilakukan dalam waktu ½ jam aja. Paling ngaret2 jadi 40menitan. Alhamdulillah lagi, PD saya cepet banget kosongnya, 10-15 menit pumping bisa dapet 250ml. Jadwal pumping tadinya pagi di kantor sebelum mulai kerja, pas makan siang, dan pas pulang kantor. Tapi kemudian diprotes sama Akang dan Mama, katanya kasian Raka ditinggal kelamaan, kalo udah boleh pulang mah pulang aja, pumping di rumah. Tapiii mana sempet yah klo di rumah pumping, pan sama anak terus.

Jadi ya begitulah… sempet shock di hari2 pertama, capeeek mulu bawaannya ditambah Raka yang tidak biasa ditinggal nenen pas siang hari jadinya balas dendam di malam hari. Zombie mama deh. Sekarang sih udah mulai santai. I am also amazed by my body’s immunity yang mana dengan load kerjaan yg lumayan dan waktu tidur yang sangat2 kurang, masih bisa tetap perform dengan baik, tanpa doping-an apapun. Padahal seisi rumah pada sakit2an lho. Kuasa Allah ya, karena saya yang harus sehat buat ngurus anak dan suami yang sakit2an. :’) Tapi sempet drop juga sih abis training di Jogja (iyaaa… baru juga mulai kerja si anak bayi ditinggal training keluar kota 3 hari), kena flu karena kecapekan, tapi ajaibnya cuma terkapar parah itu 1 hari doing pas hari Minggu, trus besokny udh biasa lagi meskipun masih meler dan batuk, tapi pusing udah ilang. Kuasa Allah bener2 ini…. Hiks

Kuasa Allah juga yang menganugerahi saya seorang anak laki-laki yang begitu pintar, dan juga ART yang pintar dan baik banget. Raka selama ditinggal  baik2 aja, ga ada rewel2 kecuali pas dia sakit flu dan kemaren sempet kena roseola abis imunisasi di RS. ARTnya juga pinter banget ngasih makan dan caring for him. Saking saya percayanya sama ART, jarang banget, hamper ga pernah malah, saya nelpon di jam kerja untuk tanyain Raka. Selain karena I trust he’s in good hands, karena klo gitu saya jd kepikiran dan ujung2ny sedih sih ninggalin dia. Jadi pas kerja ya focus ke kerjaan… kcuali pas pumping J

Oiya trus kenapa sekarang bisa posting di jam kerja? Soalny boss lg meeting diluar, hehehe. Kalo nggak, bener2 mati gaya ga bisa buka apa2 yg not work related di computer, secara kita sebelah2an jadi boss bisa liat dengan jelas layar computer saya.

Tuesday, 7 February 2012

Mohon Doa Restu


Demi apa... Wichi yang buta banget soal Ekonomi dan Keuangan jadi belajar beginiaan? Karena eh karena, lagi mau tes buat jadi pegawai salah satu bank sentral di negara kita (lah bukannya emang cuma satu yah heheh). Masih tahap awal sih, udah heboh sureboh. Begitu pengumuman seleksi keluar, temen baik waktu di Aussie yg karyawan bank itu langsung nelpon suruh daftar karena katanya kalo entar2 suka ngehang karena saking banyaknya yg mau masuk situsnya. Yah pokoknya dari awal daftar bulan lalu sampai mau tes hari Minggu ini heboh bener deh, dari transkrip yg belum dilegalisir sampe nilai IELTS (yg 8.5 itu loh! mau bangga dikit bole ya ;) yg blm nyampe sebulan kadaluwarsanya (pediihhh...). Kalo kendala teknis jangan ditanya ya.

Yang jelas, Mbak2 super baik yg udah duluan masuk itu sangat2 helpful. Hiks, dari awal kenal mereka emang baiiik bgt sm saya. Klo pengen ditemenin kemana, mereka hayuk. Kalo saya main ke rumah, slalu disuguhin makanan haha. Di-anakbawangin deh sama ibu2 ini.. jadi kan pasti seru kalo sekantor lagi :') *jadi OOT* Jadi awalnya yang semangat 45 itu ya mbak2 ini sama tentunya Akang. Karena jujur awalnya apply karena disuruh mereka, bukan keinginan sendiri. Sampe Akang pernah kesel liat saya ogah2an dan bilang "Ya uda kalo ga mau jangan paksa diterusin!" Maap sayang *hampurasujud*

Baru deh akhir2 ini semangat belajarnya, buka2 situsnya, baca2 ttg makroekonomi dan berita ekonomi di koran, latihan psikotes dll... Ah, mudah2an ada rejekinya, meskipun jalan masih puaaanjaaang....

I'm only doing this for you, my dear Raka *lirik si pipi gembil*

Mohon doa ya para pembaca (bak banyak yg baca, apalagi yg mau doain) supaya diberi yg terbaik buat keluarga kecil kami.... Haturnuhun!
This entry was posted in

Tuesday, 31 January 2012

Balada Sang Pencari Kerja

Yes.. setelah melalui berbagai pertimbangan, diputuskanlah saya akan kembali bekerja. If it were up to me, honestly, I'd say I would spend the rest of my life 24 hours a day devoted to Raka (dan adek2nya kelak). Dari dulu memang tujuan hidup saya ga jauh2 dari keluarga, waktu S2 pun bertekad maunya kerja jadi fulltime mother aja, mencetak generasi unggul dengan ilmu yang dimiliki (tsaahh..)

Tapi kenyataannya:

yah, finance conditions mau ga mau.. kalo dipaksain single income bisa sih, apalagi Akang udah promosi.. cuma masih tetep prihatin juga, belum bisa nabung, apalagi kan ada Raka sekarang. Suka merasa bersalah klo abis online shopping, akhirnya pake tabungan sendiri yang menipis terus (ya wong ga diisi2, ga ada pemasukannya) karena ga berani minta suami >_<
dorongan dari Akang dan Mama. Nah ini nih, nyokap kan udah nyekolahin pake duit dia sendiri (yup, all my mother's efforts!!) supaya anak gadisnya ini bisa sekolah S2 diluar negeri. Nah, trus dianggurin aja itu ijazah S2 LN?! Jadi yang semangat nyuruh saya kerja ya suami dan mama.. alasannya sayang ilmunya, jadi orang harus produktif, gitu.

Meskipun begitu, it still feels like treading water, coming into the jobseeker world once again. Sejak lulus S1 cuma beberapa kali sih interview dan itu gatot semua, jadi trauma haha. Jobseeker macam apa ini gampang nyerahnya.

Pengennya bisnis ala ala mahmud-mahmud lain.. yang kepikiran ya bisnis perlengkapan bayi! Kekekek.. ini buat meredam obsesi beli barang2 bayi. Tapi ya itu, kata Akang harus bener2 diniatin, jangan anget2 t*i kotok, keluarnya anget udahnya dingin hehe. Dia sih prefernya sekarang konsen ke satu aja, misalnya cari kerja, ntar gajinya baru buat modal bisnis pas kerjaan udah settle. Kalo nggak ya sekarang harus mulai nulis2 lagi dan diterbitin (ya Allah... ini resolusi dari bertahun2 yang lalu yang nggak pernah kesampeaaan... yg lainnya Alhamdulillah udah ya.. nikah, punya anak, hehe)


Iya rejeki ga dateng dari langit.. harus ikhtiar seikhlas2nya kan... semoga dikasih yang terbaik sama Allah.. eh, maksudnya PASTI diberi yang terbaik sama Allah. Just have to make the effort, pray, and leave the rest to HIM. Insya Allah!
This entry was posted in

Friday, 27 May 2011

The Financial Manager talks about Zakat

Today's email to dear husband:

A Note from Your Financial Manager Re: Zakat
1 message


Wichitra Yasya <*******@gmail.com> Fri, May 27, 2011 at 1:08 PM
To: Tatas Baktilugina <*******@gmail.com>
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Akang yang baik,

Berhubung Eneng adalah financial manager Akang, Eneng bertanggungjawab mengelola penghasilan Akang agar bisa selalu barakah bagi kita sekeluarga yang menikmatinya, amin. Tentunya zakat menjadi perhatian Eneng, karena ini salah satu rukun Islam yang wajib. Setelah membaca dari Internet, termasuk dari buku Dr Yusuf Qardhawi, Eneng cenderung menyetujui adanya zakat profesi. Yusuf Qardhawi pun membenarkannya di bukunya Hukum-hukum Zakat. Mengenai besarnya tentunya harus sesuai nisabnya. Nisab yang dipakai yaitu 85 gram emas dalam haul 1 tahun. Dalam menghitung zakat, bisa kita perhitungkan hutang2 kita, saat ini yang ada hutang di Bank BRI sebesar Rp. x.xxx.xxx/bulan (mohon koreksi klo salah :). Berdasarkan penghasilan (yang dihitung yg Mei 2011) hitung2an kira2 seperti ini:

Penghasilan Gaji + TKPKN = Rp x.xxx.xxx + Rp x.xxx.xxx =Rp x.xxx.xxx
Pemasukan 1 tahun Rp x.xxx.xxx x 12 = Rp xx.xxx.xxx
Hutang Kredit BRI Rp x.xxx.xxx x 12 = Rp xx.xxx.xxx

Total Bersih Pendapatan =  Rp xx.xxx.xxx -Rp xx.xxx.xxx = Rp xx.xxx.xxx

Nishab 85 gram emas (1 gram @ 400.000) = Rp 34.000.000

Berdasarkan perhitungan ini, jika penghasilan 1 tahun kita hitung sbg total bersih pendapatan, maka Akang tidak diwajibkan berzakat. Namun sebenarnya perhitungan zakat penghasilan ada 2, berdasarkan Dr Yusuf Qardhawi, yaitu:
1. Jika penghasilan dinilai pas-pasan, maka zakat dapat dihitung dari pendapatan bersih yaitu sudah dikurangi hutang, sehingga tidak begitu memberatkan. Berdasarkan ini, Akang tidak wajib berzakat karena belum mencapai nisabnya.
2. Jika dinilai penghasilan besar, maka zakat dihitung dari pendapatan kotor 1 tahun, jadi tidak dipotong biaya hidup atau hutang2. Berdasarkan ini, maka Akang wajib berzakat karena pendapatan kotor sudah mencapai nisabnya. Jika mengikuti yang ini, maka jumlah yang harus dizakatkan adalah 2,5% dari pendapatan kotor yaitu Rp. xx.xxx.xxx x 2,5% = Rp. 1.xxx.xxx. Jumlah ini untuk 1 tahun. Jadi bila akang memutuskan berzakat untuk periode haul bulan Mei 2011 - Mei 2012, maka jika zakat dibayarkan sekarang, penghasilan selanjutnya sampai Mei 2012 tidak perlu dizakatkan lagi, dan zakat wajib dikeluarkan lagi bulan Mei 2013. Namun bila dihitungnya untuk Mei 2010 - Mei 2011, maka Akang wajib bayar zakat selanjutnya pada Mei 2013. Kalau mau dibayar per bulan, tinggal dibagi 12 yaitu bayar sekitar Rp. 1xx.xxx/bulan.

Dr Yusuf Qardhawi menganjurkan yang kedua untuk kehati-hatian, namun jika dinilai memberatkan untuk membayarnya, ambil jalan tengah dan ikut yang pertama.

Bagaimana kalo nanti Eneng bekerja, apakah zakat penghasilan dihitung dari gabungan 2 pendapatan kita atau sendiri-sendiri? Menurut Ust. Sarwat Lc, zakat wajib dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki harta atau penghasilan melebihi nisabnya, jadi lebih bersifat perorangan. Kalau penghasilan Eneng sudah memenuhi nisab, maka Eneng wajib berzakat untuk diri Eneng sendiri. Ini juga berlaku kalau misalnya Eneng memiliki emas batangan or perhiasan yg lebih dari 85 gram yg sudah dimiliki 1 tahun, Eneng sendiri yang wajib menzakatkan dari emas itu atas nama Eneng. Jadi intinya, zakat penghasilan itu sendiri-sendiri ya, bukan digabung2 meskipun suami-istri adalah satu kesatuan.

Kesimpulannya? Eneng tidak masalah kalo Akang memutuskan untuk tidak berzakat berdasarkan perhitungan diatas yang menunjukkan penghasilan belum mencapai nisab. Eneng juga mendukung penuh kalo Akang mau mengeluarkan 100ribuan setiap bulannya atau bayar 1jutaan sekarang untuk zakat setahun lampau, atau tahun depan untuk zakat sekarang sampe setahun mendatang... karena toh yang kita keluarkan itu akan kembali lagi pada akhirnya, sudah dijamin Allah di Al Qur'anul Kariem :) Tapi kalaupun tidak, Eneng mewajibkan sebagian dari yang Akang terima disedekahkan.. karena Eneng yakin pintu rejeki datang dari situ. Tiada yang merugi karena banyak memberi, Allah sudah mencukupkan rejeki bagi tiap hamba2Nya, InsyaAllah.. setujuuu?? ^_^

With Love,
Eneng
Financial Manager
RT SaMaRaBa Amin

http://www.ustsarwat.com/search.php?id=1160450141
http://www.eramuslim.com/konsultasi/zakat/konsultasi-zakat-penghasilan-dlm-islam.htm
http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Qardhawi/Zakat/index.html

Friday, 18 February 2011

#Misi21 Day 7: Next process in job quest

The week before I was called by a recognised private university in Jakarta for an interview to be part of their workforce. It was the best interview I ever experienced, just like a conversation between 2 professionals, I enjoyed it very much. The best (or most scary) part is that I was going to be put in a higher position as I originally applied for, a position where I actually have staff working for me..plus I get to teach! How exciting.

Today, I did the next part of this process: psychotest, English proficiency test and interview. I was a bit scared as I got another really exciting news the day before (see #Misi21 Day 6) so I knew that it would affect this process, be it the process in that day itself or how they would consider my (wonderful) condition should they choose to hire me. It started at 8am, the road there was hellish since it's far from my house. Luckily my mum took me there, it really helped to calm me down :) I haven't done the psikotest in a long time so I was a bit rusty plus my physical condition so I don't know how I did. The English test went fine, TOEFL turned out to be easier than IELTS. Especially the listening.. in IELTS the conversation is not always in plain English, sometimes they have people speaking English in other foreign accents or other English accents like Scottish etc so that's hard.. but in TOEFL everyone just speaks American English. Easy peasy. In the interview, I was drained already as it was 3.30pm. The lady, who turned out to be part of HRD, was kind enough.. but I didn't have the energy to think of anything to ask her when she asked if I would like to ask her anything (twice she did this).. but I think I answered her questions all right. So the only drawback was my reluctance to ask her stuff (as she's HRD, I'd rather ask about the job description but she wouldn't know that).. plus the fact that she's been informed of my good news. She said the results of today will be reviewed and if successful I will be contacted for a final interview with the Recruitment Manager, which means I was already accepted and I just need to discuss the technicalities, whether I agree to them. Shucks. I thought that that process was going to be done right then and there. Oh well. If I do get it, Alhamdulillah.. I have the chance to contribute to the family finance, it would really help with this little one on the way. If not, Alhamdulillah.. I have the chance to concentrate on making sure my little one is always healthy inside.. So, either way, nothing to lose. Just have to istikharah everyday, and whatever happens is Allah's decision and will.. I can only say ALHAMDULILLAH :)

Monday, 24 January 2011

#Misi21 Day 3: Finish Knitting Baby Hat and Send AusAid Application Form

Ingat #Misi21 Day 1? Misinya adalah mulai merajut lagi, dalam rangka memberi hadiah untuk sahabat yang baru saja melahirkan putra pertamanya. Tadinya mau merajut selimut bayi...tapi ternyata tampaknya butuh waktu lama menyelesaikannya, sementara hari Minggu rencananya mau nengok ibu dan bayinya itu ke Bandung. Akhirnya pindah haluan bikin topi bayi aja. Dan memang topi bayi lebih mudah bikinnya, sehari juga jadi. Awalnya lihat polanya di internet, tapi saya modifikasi sendiri, jadinya malah lebih lucu dari yang di pola:

my first knitted hat project!

Cuma ada satu drawback: ternyata di dedek dipanggilnya Hafizh bukan Raihan, sementara saya terlanjur merajut inisial "R". Hehe.

Misi lainnya adalah menyelesaikan lamaran untuk posisi Program Manager Tertiary Education/Knowledge Sektor AusAid Jakarta. Bekerja di development organisation adalah impian saya, jadi pengen banget bisa masuk. Masalahnya Job Application Form yang harus diisi benar2 detail menjelaskan pencapaian2 dan kriteria yang harus dimiliki pelamar. Ada 6 pertanyaan yang cukup ribet dijawab. Jadinya malam Minggu berkutat dengan mengarang indah... akhirnya terkirim juga lamarannya. Wallahualam bakal tembus apa nggak, yang penting sudah mencoba. Awalnya mau mundur ajah karena terlalu ribet tuh ngarangnya, tapi berbekal semangat Misi21 dan suami yang memotivasi akhirnya terkirim deh :)