Dari hari Minggu sampai tadi pagi, rumah kami kedatangan 4 orang dari suku Baduy Dalam. Mereka datang mencari Mama tapi karena Mama lagi keluar kota, Mama menawarkan mereka menginap di rumah menunggu Mama pulang tadi malam. Oya jadi Mama pernah dulu ke Baduy, dalam kapasitasnya mendidik anak bangsa keaksaraan alias memberantas buta huruf. Jadi mama pernah ninggalin alamat ke mereka. Ternyata beneran didatengin :)
Awal kedatangan, ada yang gedor2 gembok pager, Akang yang ke depan karena ART cowok yg biasa buka pagar lagi mudik. Ada 4 orang, 2 diantaranya berbaju putih, 2 hitam, berjejer rapi menggendong gembolan warna putih. Mereka memperkenalkan diri (tapi Akang lupa nama semuanya, karena katanya namanya aneh2 bukan nama orang Indonesia pada umumnya *tepok jidat*), dan dipersilakan masuk dan duduk di teras sama Akang sementara saya nelpon Mama yang lagi di bandara mau takeoff ke Jogja.
Mereka setuju nginep di rumah, kebetulan kan kamar ART cowok kosong jadi pada nginep disana. Kata Akang sih mereka masih polos dan murni, hehe. Tapi bisa Bahasa Indonesia lancar, daaan punya HP dong. Hehe, soalnya kan katanya orang Baduy Dalam itu agak2 primitif ga boleh bersentuhan sama teknologi, jadi kita kaget ada yg punya HP. Emang sih, mereka datang bertelanjang kaki, dan mereka datang dari kampung berjalan kaki. Yup, katanya 4 hari mereka jalan kaki dari Baduy ke rumah kita, jalan kaki tanpa alas kaki loh. Soalnya mereka tidak boleh naik kendaraan. Tapi yg punya HP itu yg muda2nya, yg pake baju hitam. Jadi kalau bajunya hitam, itu sebenarnya udah Baduy Luar, mereka semacam dikeluarkan dari Baduy Dalam karena ya melanggar adat seperti yang muda2 itu, punya HP dan pakai kalung, gelang, dll. Makanya mereka harus pakai baju hitam, semacam hukuman gitu klo ga salah. Bahannya juga beda. Kalau baju putihnya Baduy dalam itu kayaknya hasil tenun sendiri, dari bahan alam gitu. Kalau baju hitam kayak kain biasa. Tapi semuanya masih pakai kain tenun sebagai sarung, jadi ga pada pakai celana.
Mereka ramah sekali loh, sopan2. Mungkin itu maksudnya Akang masih polos hehe. Kerjaannya di rumah entah apa (karena kamarnya di atas) tapi paling turun buat makan, trus abis makan malam pada nonton TV di ruang tengah sembari ngobrol sama Akang. Terus pas ketemu Raka, dibilang “ageung” alias besar dan “kasep” alias cakep. Haha, langsung dong Mamanya rabiiid!
Tadi pagi, kebetulan Mama ulang tahun. Jadi sebelum ke kantor, ada acara tiup lilin, yg niup lilin siapa lagi kalo bukan Raka yg udah ga sabar mau tiup lilin dan acak2 kue strawberry vanilla yg sudah dibeli Mamanya Raka di Clairmont. Jadi tiup lilinnya dihadiri sama 4 orang Baduy itu hihi. Sesudahnya makan nasi kuning, terus mereka pamit, mau ke tempat lain lagi di Jatipadang. Hebat bener deh mereka bisa nemu alamat2 itu dan jalan kaki tanpa alas kaki pula kesananya.
Indonesia memang kaya akan budaya, ya.
0 comments:
Post a Comment